Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mimpi ke Jakarta


Jakarta adalah ibu kota Indonesia. Setiap orang pasti ingin ke Jakarta. Begitu juga dengan ku, aku ingin ke Jakarta suatu hari nanti. Namun itu cuma mimpi bagi aku, betapa tidak aku bukan orang kaya yang mampu ke sana. Jarak Peureulak dengan Jakarta yaitu 2000 km lebih. Untuk membeli tiket pesawat pergi saja Banda Aceh-Jakarta, butuh biaya Rp. 1.300.000. Aku hanya guru PNS yang harus mengirit pengeluaran demi mencukupi kebutuhan sehari-hari dan membantu orang tua. Untuk mengumpulkan uang aja susah, apalagi harus mikirin liburan ke Jakarta.

Tiba-tiba pada suatu malam, aku berjumpa dengan Pak Ibrahim, kepala SMKN Taman Fajar di depan ATM Mandiri. Aku menyalami beliau kemudian beliau berkata “Pak Azwar, apa mau ke Jakarta ikut pelatihan?”. “Serius pak” jawab ku dengan rasa tidak percaya. “Benaran nih, jika kamu tidak mau, kesempatan ini akan diberikan kepada SMK lainnya. Aku langsung jawab “siap pak.” “Kalau begitu, besok kamu ke kantor Dinas Pendidikan ambil surat tugas.” Kata Pak Ibrahim. Aku dengan cepat mengatakan “siap pak”

Aku pulang ke rumah sambil berpikir keras apakah ini mimpi, apakah ini nyata, bagaimana bisa ?. Malam itu, aku tak bisa tidur memikirkan aku akan ke Jakarta. Kantor Dinas Pendidikan berjarak 25 km dari kota ku. Keesokan harinya, aku langsung menuju ke Idi dan mengurus surat tugas. Setelah ku terima surat tugas dari kantor dinas, aku melihat jadwal pelatihan itu berlangsung satu bulan. “Wow, sebulan di Jakarta” pikir ku dengan senang. Pelatihan yang aku ikuti adalah pelatihan simulasi digital. Simulasi digital adalah mata pelajaran baru di SMK untuk menggantikan mata pelajaran KKPI yang hilang di kurikulum 2013.

Aku menyiapkan segala persiapan untuk sebulan. Setelah semua siap, aku pergi memesan tiket ke Banda Aceh sore itu juga. Peserta pelatihan akan mengikuti pembekalan selama satu hari di Hotel Diana Banda Aceh. Perjalanan Peureulak ke Banda Aceh memerlukan waktu 8 Jam dengan Bus. Aku sengaja mengambil perjalanan malam, agar tiba di Banda Aceh pagi hari.

Kami mendapatkan pembekalan di Hotel Diana. Jumlah peserta pelatihan adalah 30 guru dari 23 kabupaten/kota se-Aceh. Aku sangat senang berjumpa dengan teman-teman guru dari daerah lain. Kami diberikan pengarahan mengenai pelatihan apa yang akan ikuti. Kami juga langsung diberikan uang transpor sebesar 3 juta selama sebulan. “Wah banyaknya, andai tidak pergi ke Jakarta, aku bisa simpan hehe” kata ku dalam hati. Kami dihimbau untuk bersiap-siap karena keberangkatan kami dijadwalkan esoknya jam 7 pagi.

Pagi itu, sekitar jam 5, kami semua berkumpul dibawah. Sebuah bus sudah menunggu kami. Setelah semuanya naik, kami langsung berangkat ke Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM). Ini kali pertama aku masuk bandara. Rasanya ingin lompat-lompat karena kegirangan atas kesempatan ini. Namun, aku pura-pura tetap tenang dan terus mengikuti teman-teman yang sudah sering ke bandara. Aku tidak boleh kehilangan mereka karena aku tidak mau tersesat. Setelah check in, kami menunggu jadwal keberangkatan kami. Adzan Subuh berkumandang di Bandara. Kami langsung shalat subuh di Mushalla Bandara.

Aku berharap sebelum naik pesawat Garuda, aku bisa foto dengan pesawatnya seperti teman-teman facebook ku. Ternyata aku salah. Aku tidak bisa berfoto dengan pesawat karena kami masuk ke pesawat melalui tangga belalai (Airbridge). “Huff, gagal deh, selfie dengan pesawat” pikir ku. Namun aku bersyukur, aku dan teman ku dari Meulaboh, pak Jakfar, mendapatkan tempat duduk di kelas bisnis. Aku juga beruntung dapat kursi dekat jendela.

Sejak take off, aku selalu memandangi jendela pesawat. Memandangi indahnya kota Banda Aceh dari atas. Memandangi langit diatas awan. Memandangi matahari yang baru terbit. Aku benar-benar bersyukur mendapatkan kesempatan ini. 2,5 jam waktu yang diperlukan untuk sampai ke Bandara Soekarno-Hatta.

Tiba di Bandara Soekarno-Hatta, aku sigap dengan gerak-gerakan teman ku. Aku tak mau kehilangan mereka. Bandara ini lebih luas dari bandara SIM. Aku tidak mau tersesat. Akhirnya kami keluar dari bandara dengan bus yang mengantar kami kantor SEAMOLEC di Tangerang Selatan. SEAMOLEC adalah salah satu pusat pendidikan dibawah menteri-menteri pendidikan Asia Tenggara. Akhirnya kami tiba di SEAMOLEC. Setelah pembukaan pelatihan simulasi digital, kami diantar ke tempat kos kami yang berada dibelakang Universitas Terbuka. Oya universitas terbuka (UT) berada di depan kantor SEAMOLEC.

Hari pertama di SEAMOLEC, aku menyimpan uang transpor yang diberikan ketika di Hotel Diana ke BRI depan kampus UT.

Aku sangat bersemangat di hari itu, namun ketika masuk ke materi pertama yaitu Pengelolaan Informasi Digital (PID). Di situ lah, aku agak panik. Betapa tidak, Microsoft Office yang ada di laptop ku adalah versi 2007. Aku harus menginstal ke versi terbaru minimal versi 2013. Aku meminta bantuan kepada teman ku yang sama-sama berasal dari Aceh Timur, Pak Muhib untuk menginstalnya. Kemampuan ku di bidang komputer hanyalah pengguna. Aku sama sekali tak mampu menginstal software-software program komputer.

Butuh beberapa jam menginstal di laptop itu. Laptop ku adalah laptop versi lama sehingga butuh waktu lama untuk menginstalnya. Aku mulai panik. “Wah bisa ketinggalan materi aku, kalau masalah ini aja aku tidak bisa selesaikan” pikir ku. Kesialan ku bertambah, saat aku pergi ke ATM dekat kampur UT. Aku ingin mencoba menarik uang. Namun, ketika aku menariknya, aku lupa nomor PIN ku. Entah karena masalah laptop tadi sehingga aku lupa. Aku coba menerkanya. 3 kali ku terka. ATM ku akhirnya terblokir. Lengkaplah penderitaanku hari itu. Esoknya, aku berhasil mengupgrade laptop ku ke versi Office 2013. Aku berhasil memgejar ketinggalan materi PID.

Pembelajaran sangatlah menyenangkan karena tutornya pun masih muda. Banyak ilmu yang belum aku ketahui. Setelah materi PID, ada materi Edmodo, pembuatan video dan membuat animasi menggunakan software Blender.

Kami belajar dari senin hingga jum’at. Hari sabtu dan minggu, kami diberikan waktu libur sehingga kami memanfatkannnya untuk liburan. Minggu pertama, kami masing-masing punya rencana sendiri. Aku dan beberapa teman ku berencana akan ke Bandung. Kami patungan 200 ribu orang untuk merental mobil. Aku sangat senang bisa sampai ke Bandung. Beberapa tempat yang kami kunjungi adalah Trans Bandung, Gedung Sate dan lain-lain. Kami berencana juga akan ke Tangkuban Perahu namun waktu tidak cukup. “Wah senangnya akhirnya aku sampai juga ke Bandung” pikir ku.

Banyak pengalaman yang aku rasakan di Jakarta. Salah satunya adalah makanan. Pernah aku makan di warung tegal lalu memesan teh hangat. Ketika aku minumnya, tehnya hambar tidak ada gula. Hal ini berbeda ketika saya pesan teh hangat di Aceh. Pasti tehnya manis. Namun kata teman ku, kita harus bilang teh manis, jika tidak, maka akan dibuatkan teh tanpa gula.

Selain Bandung, aku juga berhasil mengunjungi Monas, Mesjid Istiqal, Tanah Abang dan TMII. Ini adalah pengalaman luar biasa. Selain mendapatkan ilmu simulasi digital di SEAMOLEC, aku juga bisa liburan ke beberapa tempat yang biasanya aku lihat di TV, kini aku benar-benar tiba di sana. Ternyata mimpi ku ke Jakarta benar-benar terwujud.

Penulis : Azwar Malik Rangkuti, S.Pd

Posting Komentar untuk "Mimpi ke Jakarta"