Jangan Panggil Kami Anak DOM
Terjawab sudah kegelisahan saya ketika mendengar tawaran dari kak Fitri. Ajakan untuk mengajar disekolah yang bentuk fisiknya pun belum ada memacu adrenalin saya. Berbekal Insyaallah, saya terima ajakan tersebut. Sebenarnya bukan tanpa pertimbangan, apalagi mengingat pakaian hijrah yang sudah saya kenakan sejak beberapa tahun kebelakang,mewajibkan saya untuk selektif menerima tawaran pekerjaan. Memang sudah salah dari awal,kenapa saya memilih jurusan elektro, program studi teknik listrik, jadi lapangan kerja yang memungkinkan untuk D3 seperti itu ya dilapangan,, kebayang bagaimana panjat tiang sambil pakai gamis,masyaAlah,.
Rapat pertama pembentukan Yayasan yang dihadiri oleh beberapa orang kepala dinas segera diadakan dirumah bupati Aceh Timur masa itu Bapak Azman Usmanuddin. Tahun 1999 Langsa belum menjadi kota madya dan statusnya masih ibukota kabupaten Aceh Timur sehingga rapat diadakan diLangsa.Butir-butir hasil keputusan rapat pun didapat,diantaranya; Sekolah berada dibawah yayasan yang bernama Bustanul Fakri, otomatis sekolah yang berdiri akan senama dengan yayasan dan diketuai oleh Dr. Safriruddin, MM sekaligus beliau juga sebagai kepala dinas kesehatan Aceh Timur ,sebelum mendirikan sekolah, akan diadakan study banding di beberapa sekolah berasrama dipulau Jawa,hmm,,journey is begin citra,,gumamku dalam hati.
Perjalanan terjauh dari rumah dimulai. Siang itu rombongan kami diantar kepelabuhan Belawan. Tim berisi 11 orang terdiri dari 3 orang utusan dinas pendidikan yaitu Pak Supiono S.Pd, Pak Sulaiman S.Pd dan Pak Asnawi S.Pd, 3 orang utusan Depag yaitu Pak Iqbal Husni S.Ag, Pak Baihaqi S.Ag, dan Pak Misbahuddin S.Sg, 3 orang utusan LSM yaitu,Amrunsyah S.Ag,Nursyahfitri dan Citra hayati A.Md serta 2 orang utusan Perguruan Tinggi yaitu pak Iqbal Ibrahim dan Usman S.Ag dengan ketua ketua tim yaitu Dr.Safri. idak lupa pula 3 kepala dinas terkait,yaitu dinas sosial,dinas pendidikan dan Bapeda serta Pak Ustad Jamil Hanafiah sebagai orang dituakan dari Depag.
Jam 11 pagi rombongan sampai dipelabuhan, melihat besarnya kapal Singgalang yang akan kami tumpangi membuat saya sedikit takut, maklum, ini pertama kalinya saya melihat kapal dan akan naik didalamnya, tapi ketakutan terbesar adalah mabuk diperjalanan. Alhamdulillah, sejauh ini lancar, karena biasanya, perjalanan Langsa Medan saja sudah membuat saya setengah pingsan. Dengan bawaan yang lumayan berat saya menaiki tangga kapal, menelusuri lorong, kelas,mencari kelas wisata tempat kami diinapkan. Banyak juga saya lihat penumpang yang langsung menggelar barang bawaannya disudut-sudut dalam kapal Keterbatasan dana mengharuskan mereka tidur disembarang tempat dengan target yang penting sampai juga ketujuan. Kelas wisata tempat kami diinapkan lumayan nyaman dibanding kelas ekonomi yang saya lewati. Syukur saya bisa langsung rebahan dan istirahat.I nsyaallah perjalanan 2 hari 1 malam akan kami habiskan disini.
Menjelang malam, ketakutan kembali muncul, atau memang saya yang penakut. Laut yang begitu luas, berwarna biru hitam, seakan menyimpan berjuta misteri. Benar kalau Allah berkata, bahwa manusia apabila berada ditengah lautan, maka dia akan ingat Allah dan meminta keselamatan,t etapi begitu sampai didaratan, mereka akan kembali lupa, astagfirullah. Shalat Magrib dan Isya kami kerjakan mushalla kapal, sebelum salat, sempat mata saya berkeliling, menghitung jumlah jamaah laki-laki yang hanya dua shaf dan perempuan juga dua shaf. Mana sisanya?, padahal yang saya tahu isi kapal ini lebih kurang 500 penumpang dan mushalla hanya dibuka 3 waktu, yaitu Zuhur jamak dengan ashar, magrib jamak dengan isya dan salat subuh yang tunggal. Selebihnya mushalla dikunci menghindari penumpang yang ingin tidur dimusalla. Ya sudahlah, mungkin mereka ada uzur lain,a pa hak saya menanyakannya. Selesai salat, kami duduk melihat bintang, mengobrol untuk menambah keakraban, karena memang kami satu rombongan belum pernah jumpa sebelumnya, tetapi saya dan kak fitri sudah lama kenal karena kami satu taklim. Harga makanan ringan yang tidak ringan menyertai obrolan kami.
Alhamdulillah paginya kami sampai di Tanjung priok, naik mobil, langsung ke terminal kereta api menuju Surabaya. Ya rute perjalanan memang dimulai dari yang terjauh dulu, Sekolah Model Hidayatullah Surabaya. Kereta Argo Mulyo yang kami tumpangi hampir sekelas pesawat, karena pakaian pramusajinya seperti pramugari, ,baju ngepas dengan rok diatas lutut. Insyaallah 12 jam perjalanan kami akan sampai di Surabaya. Dengan fasilitas selimut dan sarapan untuk esok pagi.
Huff,,sampai dipenginapan,istirahat sebentar, lalu melanjutkan rute perjalanan ke sekolah. Bus wisata disediakan oleh pemda setempat plus buah dan makanan ringan serta peta perjalanan wisata. Ini merupakan masukan buat kepala dinas sosial yang ikut dalam rombongan, Aceh Timur bisa berbuat serupa apabila datang tamu dari daerah lain. Setelah lebih kurang setengah jam, sampailah kami di Sekolah Model Hidayatullah. Sekolah ini terlihat asri dengan pepohonan yang teduh, taman yang rapi dan sangat bersih. Kelas teratur rapi, demikian juga dengan asrama dan perumahan pamong.
Siswa sekolah ini terdiri dari para fakir miskin disekitaran sekolah,ada juga yang berasal dari jauh,tetapi prestasi belajar mereka patut mendapat acungan empat jempol sekaligus. Tidak ada petugas kebersihan, semua dikerjakan oleh siswa melalui jadwal piket yang telah diatur. Benar-benar sekolah yang patut dijadikan contoh. Perjalanan dilanjutkan kemakam Sunan Ampel.
Wah,,ramai sekali para peziarah saat kami sampai. Ini bukti kalau para sunan masih diharapkan karomahnya walaupun setelah mereka wafat.Malam harinya rombongan baru diterima dipendopo bupati. Menginap semalam,besoknya dilanjutkan keBandung,kesekolah Kang Jalaludin rahmat SMU Muttahari. Berbeda dengan sekolah diSurabaya,siswa sekolah ini terdiri dari kalangan menengah keatas.Seragam yang mentereng dan fasilitas sekolah yang mewah.Tapi dari segi prestasi,saya lihat tidak berbeda jauh dengan sekolah diSurabaya.Ya,,kuncinya tetap dari keseriusan para guru serta didukung dari kepala sekolah serta pihak terkait sehingga dapat menghasilkan siswa yang berkompeten.Pulangnya kami mampir keSumedang,ziarah kemakam Cut Nyak Dhien sang Srikandi Aceh.Kompleks pemakaman yang agak jauh dari perumahan penduduk,daun-daun jati kering menambah kotor kompleks makam.Suasana memang terasa lain,sedikit magis.Saya dan kak fitri bergandengan tangan karena agak takut.Akhirnya yang tidak boleh lupa,keCibaduyut.Deretan pertokoan sepanjang perkampungan menghiasi pandangan. Hampir semua penduduk desa cibaduyut mengantungkan mata pencarian mereka diindustri kulit ini.Kulit lyang telah berubah bentuk menjadi beragam barang jadi menjadi incaran para wisatawan local maupun internasional.Akhir perjalanan ditutup diJakarta,menginap diWisma Aceh Lenteng,jalan-jalan keDufan dan Tanah Abang.
Hah,,,perjalanan yang membekas dihati,karena setelah pulang,kami tim 11 harus dapat berbuat untuk anak bangsa,terutama anak Aceh.Konsep awal pendirian Yayasan adalah untuk merekrut anak-anak korban konflik Aceh atau yang lebih populer dengan Daerah Operasi Militer (DOM), mereka yang putus sekolah,agar dapat kembali mengenyam pendidikan secara formal dan juga diberikan keterampilan sebelum akhirnya kembali ke masyarakat.Kerja yang tidak mudah,tetapi bernilai ibadah yang besar.Karena ditangan kamilah kelak disematkan amanah.Dimulai dari perekrutan siswa berjalan alot.Ini dikarenakan tidak adanya lagi kepercayaan masyarakat pada pemerintah.Bahkan banyak orangtua atau wali siswa takut kalau anak-anak itu kelak akan kami didik menjadi aparat,menjadi musuh keluarganya sendiri karena sedari awal memang cita-cita mereka ingin menjadi tentara separatis (GAM) untuk membalas sakit hati keluarganya.Akhirnya wejangan dingin dari ustad Jamil menambah kepercayaan keluarga untuk melepas anak mereka walaupun diiringi isak tangis dan ratapan kepiluan.
Karena sekolah belum berdiri,untuk sementara siswa ditampung dirumah dinas ketua yayasan,bapak Safri.Dua ruangan tidur disiapkan,,ruang makan disulap menjadi ruang belajar.Kini,dihadapan kami,telah duduk 20 orang siswa dengan ekspresi beragam,,ada yang sedih,ada yang cuek tapi lebih banyak yang sangar.Ternyata latar belakang mereka tragis,Faisal,ayahnya tidak kembali setelah dijemput paksa aparat,yang kembali hanya sebutir kepala abangnya.Dodeh,yang sampai beberapa bulan masih suka kemasukan arwah ayahnya yang dipenggal kepalanya.Muhamad hampir serupa,ada lagi,Nasrudin,Saiful bahkan ada Husaini yang hampir sebaya dengan saya,sudah menjadi agen sabu dan ganja karna putus asa tidak ada yang menghidupi emak dan adik-adiknya.Ya Allah,,betapa berat amanah ini,,membantu,mendampingi dan memperbaiki mental mereka yang sudah bertahun-tahun dalam kedukaan,dalam dendam dan amarah.Sehingga diprogramkan,selain sekolah seperti biasa, anak-anak ini juga didampingi oleh seorang psikolog hebat Cut Susanna yang biasa kami panggil kak Nana,istri dari Dr. Alamsyah.Beliau akan terus memantau perkembangan psikologis mereka.
Darimana harus memulai?,itu yang ada ada dibenak saya ketika hari itu saya harus berhadapan dengan mereka untuk pertama kalinya dalam kelas..Karena selain pengalaman mengajar yang nihil,hasil studi banding yang kami dapat,siswa sekolah model diSurabaya berlatar belakang miskin,tetapi sehat mental,kenyataan yang dihadapi sekarang??,berbeda jauh kan?.Oke kita mulai.Dengan semangat,senyum dan penggunaan kata-kata yang lembut,saya memulai pelajaran Matematika.Kenapa Matematika?,,karena saya tamatan teknik,jadi mengajar matematika saja,begitu kata Pak Supiono S.Pd,kepala sekolah pertama SMPS Bustanul Fakri yang sekarang menjabat Korwas Aceh Timur.Santai saya menjelaskan materi Bilangan Real pada siswa,diiringi anggukan dan balasan senyum dari mereka.setelah setengah jam berlalu,Sofyan menunjuk tangan,,Ya,,ada apa nak?,yang mana yang belum mengerti?,,seramah mungkin saya sapa dia.Dengan keadan bingung dan terbata-bata dia berkata,”halaman berapa yang ibu jelaskan,,lon hana mumphom”,.Ya Allah dia dan sebagian besar siswa yang lain ternyata tidak lancar berbahasa Indonesia,,,,ya sudah lah,akhirnya pelajaran diulang dan sejak itu saya menggabungkan penjelasan dengan bahasa Aceh.
Jam 12.30 kegiatan belajar selesai.Dilanjutkan salat Zuhur berjamaah.Terjadi sedikit keributan pada saat makan siang.Hampir semua menu yang kami siapkan ditolak.Mereka hanya mau makan pakai ikan.Tetapi setelah dijelaskan,sebagian siswa mulai mau mengkonsumi sayur dan jus yang kami buat.
Kegiatan sore diisi dengan olahraga dihalaman rumah.Ada juga satu dua siswa izin keluar pagar,ingin jalan-jalan katanya,karena bosan dikamar.Tiba-tiba saya dikejutkan oleh teriakan siswa dihalaman “pa’i!..pa’i!,,ternyata apabila melihat aparat lewat,mereka akan kompak berteriak seperti itu.Mungkin masih terbawa suasana dikampung halaman,yang sangat marah apabila melihat aparat datang.Karena biasanya setiap mereka datang pasti terjadi hal yang tidak diinginkan.Lanjut kegiatan malam ba’da isya yang diisi dengan pengajian kitab dan membaca Alquran.Selesai belajar,kami mulai mengobrol dengan mereka,mendengarkan kisah sedih yang dibalut dengan dendam,memberi nasehat dengan pendekatan agama.Insyaallah perlahan-lahan,karena luka iitu sudah terlalu lama membekas dihati mereka..Sistem boarding school membuat para guru dikenai shif malam yang biasanya didominasi para guru laki-laki.Saya,kak fitri,kak nana dan ditambah satu orang lagi kak desy,biasanya sampai ba’da isya.Tetapi sering juga menginap bila guru pria berhalangan hadir.
Beberapa bulan berjalan,proses adaptasi yang belum banyak membuahkan hasil.Dewi,satu-satunya siswa perempuan,masih keluar kamar mandi hanya dengan kain basahan.Hmm,karena biasa mandi disungai ya Wi.
Kegiatan yang menguras tenaga dan fikiran diimbangi dengan pertemuan kami para guru dengan pengurus yayasan,mengisi ulang stok kesabaran,strategi dan profesionalitas dalam pembelajaran dan bimbingan.Banyak ilmu yang saya dapat dari sekolah ini,dari siswa ini,,siswa hebat yang mampu bertahan ditengah kemelut konflik saudara setanah air.Beberapa berita gembira muncul.Perlombaan yang kami ikuti seperti, Azan,Tilawah,Pidato mendapat juara.Ini membuat siswa SMPS Bustanul Fakri mulai dikenal dan efek baiknya mereka juga dapat sering beradaptasi dengan siswa diseputaran Langsa.
Waktu terus berjalan.Tidak terasa angkatan pertama akan naik kelas.Ini artinya kami kembali harus merekrut siswa baru lagi,tetapi sepertinya tidak akan sesulit tahap pertama.Alhamdulillah SMPS Bustanul fakri sudah mendapat sekolah baru diDesa Seulalah,,satu atap dengan SMP 8 Langsa.Lokasi SMP 8 yang luas,peninggalan SPG terdahulu,menyisakan banyak kelas-kelas kosong yang dapat kami pakai sebagai kelas belajar dan sebagian lagi sebagai kamar tidur.
Berita tentang adanya SMPS Bustanul Fakri mulai meluas.Honor diatas rata-rata membuat banyak guru tertarik untuk datang dan menyatakan ingin bergabung..Keadaan mulai berubah.Kami harus bertambah besar seiring bertambahnya siswa,bertambah pula kebutuhan makan dan sebagian sandang yang ditanggung oleh yayasan.Tim 11 harus mau berkolaborasi dengan guru-guru baru yang datang,tapi dengan syarat mereka harus seide dengan konsep awal.Perjalanan mencari kecukupan kebutuhan dimulai dari Dinas Sosial,BUMN,dan Donatur.Syukur Alhamdulillah ditahun 2002 Yayasan mendapat bantuan Asrama,Gedung Sekolah dan pembebasan lahan oleh PTPN 1 Langsa.
Lokasi baru,bukan hal yang mudah bagi siswa saya untuk beradaptasi.Mereka sudah terlanjur nyaman dengan kalangan mereka sendiri.Walau terkadang ada beberapa siswa BF (Bustanul Fakri) meminta izin keluar asrama untuk sekedar bejalan-jalan diseputaran desa,membeli jajanan atau bahkan berolahraga dengan anak-anak setempat.Masyarakat kerap menamai mereka “anak DOM”.Sebutan yang menyakitkan ditelinga.Karena mendengar sebutan itu,mereka akan kembali mengenang masa lalunya yang kelam.”Bilang pada mereka bu,,jangan panggil kami anak dom lagi,kami anak BF”,begitu rengekan Aisyah pada kami,guru-gurunnya.
Dan seiring berjalannya waktu,siswa BF mulai berubah pola fikirnya. Banyak cita-cita baru dibenak mereka.Yang awalnya hanya ingin membalas sakit hati dengan menjadi tentara separatis,sekarang mereka sudah dapat memaafkan dan mulai mengerti konflik yang terjadi didaerahnya. Ada yang ingin jadi guru,pedagang,ustad bahkan ada yang mau jadi TNI.
Delapan tahun berlalu,saya jadi ingat pertama kali mereka sampai di Yayasan.Wajah keras,sangar dan tidak perduli yang ditampilkan sesungguhnya hanya ingin menutupi rapuhnya hati yang memendam luka,amarah,dendam dan kecewa pada situasi yang terjadi. Situasi yang menjadikan mereka yatim,piatu,bahkan kehilangan semua harta benda akibat konflik yang tidak mereka mengerti.Tapi kini,,mereka mulai dapat berjalan tegak,melihat sekeliling dengan rasa percaya diri ,sambil berkata,”Jangan panggil kami anak Dom”…….
Penulis : Citra Hayati,S.Pd
Posting Komentar untuk "Jangan Panggil Kami Anak DOM"